Tampilkan postingan dengan label Rupa rupa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rupa rupa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 April 2014

PESTISIDA NABATI DAN CARA PEMBUATANNY


Seperti yang sudah pernah saya ulas dalam web-blog saya yang lalu tentang pestisida Nabati/alami,  disini saya akan menambahkan tentang macam-macam pestisida nabati/alami yang dapat dipilih dan dipakai oleh para petani/pehobis untuk menanggulangi pengendalian hama penyakit tanamannya.   Disini tergantung dengan sumber bahan dasar yang ada di wilayah masing-masing sehingga akan lebih mudah dan biaya pembuatannya pun semakin  murah.
Macam – macam Pestisida Nabati/Alami

1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan aktif  “Papain”,  sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.
Cara Pembuatannya:
- 1 kg daun pepaya segar di rajang
-  Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air,  2 sendok makan minyak      tanah,  30 gr detergen, diamkan semalam.
- Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
- Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.

2.  Pestisida Nabati  “Biji Jarak”
Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” ,  efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ),  Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).
Cara Pembuatannya:
- Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.
- Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter.
- Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman.

3. Pestisida Nabati ” Daun Sirsak “
Daun sirsak mengandung bahan aktif  “Annonain dan Resin “.  Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 50 – 100 lembar daun sirsak.
- Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.
- Saring dengan kain halus
- Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air
-  Siap disemprotkan ke tanaman.

4.  Pestisida Nabati ” Daun Sirsak  dan Jeringau “
Rimpang jeringau mengandung ” Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol “.
Efektif untuk mengendalikan ” hama wereng coklat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk  halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih.
- Rendam dalam air sebanyak 20 liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam.
- Saring dengan kain halus.
- Encer kan 1liter pestisida dengan 50 -60 liter air
- siap di semprotkan ke tanaman.

5.  Pestisida Nabati ” Pacar Cina “
Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin,  dan tanin.  Efektif untuk mengendalikan ” Hama ulat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk 50 -100 gr ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr detergen  kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk  agar menjadi larutan.
- saring dengan  kain halus.
- siap disemprotkan ke tanaman.

6.  Pestisida Nabati ” Rendaman Daun Tembakau “
Daun tembakau mengandung  nikotin.  Efektif untuk mengendalikan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Rajang 250 gr ( sekitar 4 daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam.
- Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring.
-  Siap disemprotkan ke tanaman.

7.  Pestisida Nabati ” Daun Sirih Hutan “
Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai.
- Tambahkan air 8 – 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata.
- Saring dengan kain halus
- Siap disemprotkan ke tanaman.

8.  Pestisida Nabati ” Umbi Gadung “
Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus.
- Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke tanaman.

9.  Pestisida Nabati ” Daun Mimba “
Daun mimba mengandung  Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol.  Efektif  mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll.
Cara pembuatan
a. Dengan ” Biji Mimba “
- Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba
- rendam dalam 10 liter air semalam
- Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman.
b. Dengan ” Daun Mimba “
- Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar.
- Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.
c. Untuk mengendalikan ” nematoda puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang tanaman tembakau.
d. Untuk mengendalikan ” Jamur Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter.  Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman.

10.  Pestisida Nabati ” Srikaya dan Nona Seberang “
Srikaya dan nona seberang mengandung annonain dan resin.  Efektif  untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk hingga halus 15 -25 gr biji srikaya/nona seberang
- Rendam dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.

11.  Pestisida Nabati “  Daun Gamal “
Daun gamal mengandung Tanin.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal bila ditambah dengan minyak tanah dan detergen akan dapat dipakai sebagai insektisida.  Penggunaan nya harus hati2 karena dengan adanya minyak tanah mengakibatkan tanaman terbakar dan bau bila mendekati panen.

12.  Pestisida  Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “.
Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk halus 1kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian diamkan semalam, saring  dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.

13.  Pestisida Nabati “Serbuk Bunga Piretrum “
Serbuk bunga piretrum mengandung bahan “Piretrin “. Efektif untuk mengendalikan ulat.
Cara Pembuatan
- Rendan serbuk bunga piretrum sebanyak 25 gr dalam 10 liter air
- tambah 10 gr detergen, aduk rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman.

Nah selamat mencoba ……  !!!  semoga bermanfaat …….!!!
sumber:  http://media-penyuluhan.blogspot.com/2012/06/pestisida-nabati-dan-cara-pembuatannya.html

HERBISIDA BUATAN SENDIRI MURAH DAN MUDAH



Bumi pada umumnya sangat subur. Saking suburnya rumput-rumput juga sangat cepat pertumbuhannya. Para petani sering mengeluhkan keadaan ini. Betapa tidak, setelah lahan dibersihkan dengan cara ditebas atau dibakar, kalau sudah kena hujan sekali saja rumput lebih cepat menyusul. Tanaman yang ditanam belum besar rumputnya sudah lebih dulu meninggi dan menutupi tanaman.

Biasanya petani banyak mengandalkan racun rumput buatan pabrik yang semakin hari semakin mahal. Untuk membersihkan lahan dari rumput biasanya dilakukan beberapa kali. Kalau rumput tebal biasanya petani membakarnya saja dulu, kemudian dibiarkan sekitar 2 minggu sampai rumput mulai Nampak tumbuh lagi. Setelah itu lahan yang mulai ditumbuhi rumput tadi disemprot dengan racun rumput. Kadang petani menanami dengan tanaman yang dikehendaki sebelum penyemprotan atau yang lebih sering dilakukan setelah penyemprotan.

Setelah penyemprotan racun tersebut biasanya agak lama rumput baru tumbuh, ungkin biji rumput yang masih tersisa sebelumnya dan tidak sempat dimatikanoleh racun rumput pada penyemprotan sebelumnya. Sisa-sisa biji-biji rumput yang ada di tanah ini baru muncul sekitar 2-3 bulan kemudian (tergantung keadaan tanah, jumlah curah hujan, dll.). Pada saat pemunculannya kembali inilah petani menyemprot lagi dengan racun rumput, sebelum rumput-rumput ini sempat mengeluarkan bijinya. Jangan sampai penyemprotan dilakukan terlambat, sehingga biji-biji rumput sempat terhambur.

Demikian cara sebagian petani di Kalimantan, khususnya petani di Nunukan Kalimantan Timur yang pernah penulis temui. Beda dengan Petani di Jawa yang jarang menggunakan racun rumput pada usaha taninya, karena memang lahan yang tidak terlalu luas dan tenaga yang cukup banyak serta ternak yang memerlukan rumput setiap hari sehingga rumput selalu dipotong untuk pakan ternak.

Penggunaan racun rumput yang relative sangat banyak dan sering inilah yang membengkakkan biaya usaha tani para petani di Kalimantan umumnya, Nunukan pada khususnya. Akhirnya banyak cara dilakukan oleh para petani untuk menghemat pengeluaran belanja racun rumput dengan cara mereka sendiri. Paling tidak ada 3 (tiga) cara yang Penulis akan paparkan disini, yang berasal dari pengalaman beberapa petani di Nunukan Kalimantan Timur yang telah Penulis temui.

RESEP 5in1 (Five in One) alias GUS BenSol

Resep ini bisa saja diberi nama Racun Rumput FiO, atau Racun Rumput GUS BenSol. FiO artinya Five in One, sedangkan Gus Bensol maksudnya Garam Urea Sabun serbuk Bensin dan Solar. Mungkin nama yang enak didengar adalah Racun Rumput GUS BenSol, biar keren dan mudah terkenal. Bagaimana?

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Bensin 1 liter
2. Solar 1 liter
3. Garam 1 kg
4. Urea 1 kg
5. Sabun Serbuk 1 kg

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu, mulai dari bensin dan solar dalam satu wadah.
2. Pada wadah yang lain kemudian garam dan urea serta sabun serbuk dicampur.
3. Wadah satu yang berisi campuran bensin dan solar dicampurkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk-aduk dituangkan pada wadah kedua yang berisi campuran garam, urea dan sabun serbuk.
4. Pengadukan dilakukan terus-menerus sampai campuran tadi menjadi larutan yang menyatu.
5. Bahan racun rumput (FiO) Five in One alias GUS Bensol siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari nyala api, karena bahan ini mudah terbakar.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput FiO Gus Bensol ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).


RESEP Oplosan Three in One (OTiO 12) alias Alur 12

Disebut Racun Rumput OTiO 12 alias Alur 12, hanya untuk memudahkan mengingat bahwa inilah cara petani untuk membuat pengenceran racun rumput 1 liter menjadi 12 liter dengan efek racun yang hampir sama. Pengalaman dari seorang Petani di Kampung Sei Jepun bernama Bapak Mustafa (43) ini diperoleh saat dia bekerja di perkebunan Sawit di Malaysia. Resep ini pun sudah diminta ijinny untuk disebarluaskan kepada para petani dimana saja berada, khususnya yang sempat membaca tulisan ini.

Disebut Alur 12 karena bahannya adalah Air Laut sebanyak 12 liter dan Urea, untuk memperbanyak Racun Rumput buatan pabrik yang akan digunakan.

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Racun Rumput Buatan Pabrik (berbagai merek) 1 liter
2. Air Laut 12 liter
3. Urea 2 kg

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu ke dalam wadah terbuat dari Alumunium atau yang berbahan tembikar dari tanah liat dengan sambil terus diaduk-aduk.
2. Bahan-bahan larutan pengenceran racun rumput dengan air laut dan urea dalam wadah kuali itu kemudian dipanaskan di atas kompor atau tungku kayu bakar.
3. Pengadukan dilakukan terus-menerus sampai campuran tadi menjadi larutan yang menyatu sambil terus dipanaskan sampai mendidih. Pengadukan diusahakan jangan tepat di atas wadah agar uapnya tidak terhirup oleh si Pengaduk.
4. Bahan racun rumput OTiO 12 (Oplosan Three in One) siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari jangkauan anak-anak.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput OTiO 12 alias Alur 12 ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).

RESEP Oplosan Three in One (OTiO 13) alias Hervit Top 13
Disebut Racun Rumput OTiO 13 alias Hervit Top 13, hanya untuk memudahkan mengingat bahwa inilah cara petani untuk membuat pengenceran racun rumput 1 liter menjadi 3 liter dengan efek racun yang hampir sama. Pengalaman dari seorang Petani di Desa Setabu Kecamatan Sebatik Barat melalui seorang PPL bernama Asri Aziz (33) ini diperoleh saat dia bekerja di sawah dan kebun Kakaonya sendiri. Resep ini pun sudah diminta ijinnya untuk disebarluaskan kepada para petani dimana saja berada, khususnya yang sempat membaca tulisan ini.

Disebut Bervit Top 13 karena bahannya adalah Vitsin (Vit) 250 gram dan Toak Pahit (ToP) sebanyak 3 liter, untuk memperbanyak Racun Rumput buatan pabrik sebanyak 1 liter menjadi 3 liter.

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Racun Rumput Buatan Pabrik (berbagai merek) 1 liter
2. Toak Pahit 3 liter
3. Vitsin 250 gram

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu ke dalam wadah terbuat dari Plastik atau yang berbahan tembikar dari tanah liat dengan sambil terus diaduk-aduk.
2. Bahan-bahan larutan pengenceran racun rumput dengan Toak Pahit dan Vitsin dalam wadah kuali itu kemudian diaduk-aduk.
3. Pengadukan diusahakan jangan tepat di atas wadah agar uapnya tidak terhirup oleh si Pengaduk.
4. Bahan racun rumput OTiO 13 (Hervit Top 13) siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari jangkauan anak-anak.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput OTiO 13 alias Hervit Top 13 ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).

Barangkali Anda juga punya resep yang sama ampuhnya dengan resep di atas. Atau bahkan lebih hebat? Maka jangan malu-malu atau ragu-ragu untuk saling berbagi, agar petani kita lebih makmur dan sejahtera. Sudah waktunya kita membela para Petani agar bisa meminimalkan biaya-biaya usaha taninya. Jangan selalu kita memeras petani dengan bisnis yang mengandung pembodohan terstruktur sekaligus merusak tatanan kelestarian alam.
Sumber : http://kebun-singkong.blogspot.com
sumber: http://media-penyuluhan.blogspot.com/2012/06/herbisida-buatan-sendiri-murah-dan.html

MEMPERBANYAK HERBISIDA SENDIRI JAUH LEBIH MURAH, KEAMPUHANNYA SAMA ASLINYA

Pada musim hujan para petani sering kewalahan mengatasi gulma (rumput liar), karena gulma sangat menganggu tanaman pokok, sehinga petani mengunakan herbisida untuk mengatasi gulma. Tetapi sekarang harga herbisida yg melambung, membuat petani jadi tambah berat biaya tanamnya. Untuk petani harus bisa mengakalinya
Berikut ini akan saya uraikan memperbanyak herbisida sendiri, sehingga biaya produksi bisa di turunkan. Tetapi keampuahanya masih sama dengan herbisida asli.

Bahan bahan: 1.
1 liter herbisida merk gramazon atau rundap 2.
2 liter air kelapa 3. 60 gram derterjen merk apa saja 4.
25 butir ragi tape 5. 1/2 kg pupuk za

Cara membuatnya:
1. Ambil ember atau apa saja untuk wadah mencampur
2. Masukan air kelapa dalam ember
3. Masukan ragi & pupuk za trus aduk sampai tercampur rata
4. Masukan juga detergen sambil trus diaduk
5. Terakhir masukan herbisida sambil trus di aduk
6. Bila sudah tercampur rata trus langsung dimasukan dalam botol dan siap digunakan Dengan catatan: tidak boleh mencampur dua merk herbisida jadi satu Cara mengunakanya sama seperti pemakaian herbisida biasanya. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.....

 sumber : http://media-penyuluhan.blogspot.com/2012/06/memperbanyak-herbisida-sendiri-jauh.html

Kamis, 27 Februari 2014

5 (Lima) JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADI



Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman Padi

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DAN PENGENDALIANNYA

Berisi Tulisan mengenai Pengendalian Hama dan penyakit yang ada pada tanaman Padi di mulai dari Bioekologi hama dan penyakit tanaman padi, pengendalian baik secara kimia maupun pengendalian secara hayati.

A. HAMA TANAMAN PADI

a. Tikus sawah ( Rattus argentiventer Rob & Kloss )

Bioekologi :

Bagian punggung berwarna coklat muda berbecak hitam, perut dan dada putih. Panjang kepala dengan badan 130-210 mm, ekor 120- 200mm, dan tungkai 34-43 mm. Jumlah putting susu tikus betina 12 buah, 3 pasang di dada dan 3 pasang di perut.

Kepadatan populasi tikus berkaitan dengan fase pertumbuhan tanaman padi. Serangan tikus dapat terjadi sejak di pesemaian, pertanaman sampai pasca panen. Pada pesemaian sampai tanaman fase vegetatif , populasi tikus umumnya masih rendah dan kepadatan populasi meningkat pada fase generatif.

Di lahan yang ditanami padi secara terus menerus ( 2 kali/tahun) puncak populasi akan terjadi 2 kali , yaitu pada saat tanaman fase generatif. Di lahan yang ditanami padi 1 kali/tahun , puncak populasi hanya terjadi 1 kali, yaitu fase generatif.

Pada saat tanaman fase generatif, kebutuhan gizi tikus jantan belum terpenuhi, untuk membuahi tikus betina. Perkembangbiakannya mulai terjadi saat primordial dan terus berlangsung sampai fase generatif. Tikus jantan siap kawin pada umur 60 hari, sedangkan tikus betina siap kawin pada umur 8 hari. Masa bunting berlangsung selama 19-23 hari. Dua hari setelah melahirkan, tikus betina mampu kawin lagi.

Jumlah anak berkisar 2-18 ekor/induk/kelahiran :

- kelahiran I : 6-18 ekor/induk.

- kelahiran II s/d VI : 6 – 8 ekor/induk.

- kelahiran VII, dst : 2-6 ekor/induk.

Secara teoritis dari 1 pasang tikus dapat menjadi ± 2.000 ekor dalam waktu 1 tahun.

Pada saat tanaman fase vegetatif, tikus hidup soliter dan di luar liang, sedang pada fase generatif, tikus hidup berpasang-pasangan dan tinggal di dalam liang.

Pada saat tanaman fase vegetatif, kontruksi liang dangkal dan tidak bercabang-cabang. Setelah fase generatif , liang dibuat lebih dalam, lebih panjang, bercabang-cabang dan mempunyai pintu lebih dari satu. Persawahan dengan pematang yang sempit ( lebar < 30 cm ), hanya sedikit digunakan sebagai tempat liang.

Luas wilayah dan jarak jelajah harian tikus dipengaruhi jumlah sumber pakan da populasi tikus. Bila sumber pakan berlimpah ( fase generatif tanaman ), jelajah hariannya pendek ( 50-125 m ) dan bila sumber pakan sedikit ( fase pengolahan tanah sampai dengan akhir vegetatif ) jelajah harian panjang ( 100- 200 m ). Migrasi tikus mencapai 1-2 km. Tetapi bila daya dukung wilayah menjamin, tikus tidak akan bermigrasi.

Untuk kelangsungan hidupnya, tikus memerlukan pakan, air dan tempat persembunyian. Keberadaan tikus di lapang dapat diketahui dengan cara pengumpanan tanpa racun yang dipasang minimal sebanyak 20 titik umpan/ha atau pengamatan jejak dan jalan lintas tikus.

TEKNIK PENGENDALIAN.

Pengendalian tikus harus sudah dilaksanakan pada saat tanaman padi di persemaian sampai anakan maksimum dengan teknik pengendalian sebagai berikut :

1. Pada saat pra tanam atau pengolahan tanah dilakukan gropyokan, sanitasi lingkungan dan pengumpanan beracun di habitatnya.

2. Tanam serentak dengan selang < 10 hari dalam areal luas (+ 300 Ha) sehingga masa generatif tanaman hampir serempak yang diharapkan pertumbuhan populasi tikus dapat dideteksi dan upaya pengendalian dapat direncanakan dengan baik.

3. Minimalisasi ukuran pematang dan tanggul disekitar persawahan sehingga mengurangi kesempatan pembuatan liang

4. Sanitasi lingkungannam persawahan (semak, rumput dan tempat persembunyian lain)

5. Pemagaran persemaian dengan plastik dan dikombinasikan dengan pemasangan perangkap bubu

6. Pada tanaman muda dilakukan pemasangan umpan beracun antikoagulan, pengemposan, sanitasi lingkungan, pemasangan pagar plastik dan dikombinasikan dengan perangkap bubu pada pertanaman yang berbatasan dengan sumber serangan

7. Pemasangan bubu yang dikombinasikan dengan pagar plastik serta tanaman perangkap. Untuk setiap + 13 ha dapat diwakili satu petak tanaman perangkap.

8. Pemanfaatan musuh alami antara lain kucing, anjing, ular sawah, burung elang dan burung hantu







TEKNIK PENGENDALIAN.

1. Pengaturan Pola Tanam.

Pengaturan pola tanam yang diterapkan adalah tanam serentak, pergiliran tanaman dan pergiliran varietas berdasarkan tingkat ketahanan dan tingkat biotipe wereng batang coklat

Dengan tanam serentak diharapkan tidak terjadi tumpang tindih generasi hama sehingga populasi wereng coklat tidak mempunyai kemampuan untuk berkembangbiak terus menerus, memudahkan pengamatan dan tindakan korektif apabila diperlukan. Tanam serentak juga dapat membantu memutus ketersediaan makanan hama karena adanya periode tidak ada tanaman (bera). Tanam serentak hendaknya dilakukan pada areal yang sekurang-kurangnya satu petak tersier atau wilayah kelompok tani dengan selisih waktu tanam paling lama 2 minggu.

2. Penggunaan Varietas Tahan.

Penggunaan varietas tahan dan pergiliran varietas tahan dilakukan untuk menekan dan menghambat perkembangan biotipe baru. Varietas yang digilir harus dari kelompok varietas yang memiliki gen tahan baik dalam musim maupun antar musim namun demikian penggunaan varietas tahan masih mengandung resiko karena ketahanan genetik varietas tahan dapat dipatahkan oleh adanya perkembangan biotipe wereng coklat.

3. Pengendalian Hayati.

Penggunaan cendawan entomopathogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan Wereng coklat antara lain : Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, M. flavoviridae dan Hersutella citriformis.

4. Eradikasi.

Eradikasi dilakukan apabila ditemukan serangan kerdil rumput dan kerdil hampa dengan pencabutan dan pemusnahan.

5. Penggunaan Insektisida.

Pengedalian dengan insektisida dilakukan apabila telah ditemukan populasi wereng coklat 10 ekor / rumpun (1 ekor / tunas) pada tanaman berumur < 40 HST dan 20 ekor/ rumpun pada tanaman berumur > 40 HST. Insektisida yang dipilih bersifat selektif, efektif dan diijinkan untuk digunakan pada tanaman padi.

Untuk daerah yang telah ditemukan serangan virus (kerdil rumput dan atau kerdil hampa) digunakan insektisida butiran 1 hari sebelum pengolahan tanah secara seed bed treatment. Dan dilanjutkan penyemprotan insektisida pda persemaian apabila ditemukan adanya populasi wereng coklat.


TEKNIK PENGANDALIAN :

Ø Pengaturan air irigasi, yaitu dengan mengeringkan air pada persemaian dan persawahan yang terserang (5-7 hari) untuk mencegah perpindahan larva sehingga mati. Hal ini disebabkan larva hanya bertahan hidup bila ada air.

Ø Karen hama putih hanya menyerang tanaman muda, maka pengendalian dengan insektisida tidak dianjurkan. Aplikasi pestisida diijinkan bila intensitas serangan rata-rata > 25 %.




Rabu, 04 September 2013

Bibit Tanaman Yang Baik


MEMILIH BIBIT YANG BAIK

http://benihnasa.files.wordpress.com/2013/02/benih-unggul-nasa2.jpg?w=625

 Bibit tanaman yang baik dan berkualitas merupakan faktor penunjang yang memiliki peran penting terhadap keberhasilan produksi agribisnis pertanian pada suksektor budidaya. Bibit tanaman yang berkualitas dengan mutu tinggi adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh tinggi), dan mutu fisik. Tingginya permintaan konsumen terhadap produk-produk pertanian mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana pertanian meningkat, termasuk dalam hal ini adalah permintaan akan bibit tanaman. Sebagai petani atau pembudidaya, baik yang melaksanakan proses budidaya dengan cara tradisional maupun yang telah menerapakan sistem budidaya pertanian secara intensif, pemilihan bibit tanaman harus dilakukan secara hati-hati, pilihlah bibit unggul yang sudah benar-benar teruji.

 Hindari pemilihan bibit tanaman dengan keputusan yang sifatnya spekulatif. Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi di sektor pertanian, pada saat yang sama juga diikuti dengan perkembangan organisme pengganggu tanaman yang semakin tidak terkendali. Mengandalkan kemampuan dan daya bunuh pestisida untuk mengendalikan tingkat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) bukanlah hal yang bijak, mengingat kondisi lahan pertanian yang semakin hari semakin kritis serta komitmen untuk tetap menjaga lingkungan agar tetap sehat dan mengurangi tingkat paparan pestisida pada manusia. Disamping itu, tingkat kekebalan organisme pengganggu tanaman atau dalam dunia pertanian dikenal dengan istilah resistensi terhadap bahan aktif pestisida tertentu yang beredar di pasaran, tentu saja akan membuat biaya produksi membengkak, baik dengan meningkatkan dosis pestisida yang digunakan maupun memperpendek interval aplikasi pestisida. Oleh karena itu, salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan produksi pertanian adalah dengan pemilihan bibit tanaman yang benar-benar memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap serangan organisme pengganggu tanaman. Dengan demikian, kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam memilih bibit tanaman adalah tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan organisme pengganggu tanaman. Ketahanan bibit tanaman ini menjadi kriteria utama sebelum menentukan kriteria yang lain, misalnya produktivitas, kualitas hasil produksi, maupun umur panen. Dengan tanaman yang memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap serangan organisme pengganggu tanaman, diharapkan tanaman yang kita budidayakan akan tumbuh sehat. Jika tanaman tumbuh sehat, maka peluang petani atau pembudidaya untuk memanipulasi agar tanaman menjadi subur semakin besar. Misalnya, dengan pemberian pupuk yang tepat, baik tepat waktu, tepat dosis, maupun tepat sasaran. Sebagai contoh, untuk meningkatkan cita rasa buah, maka bisa diberikan tambahan pupuk dengan kandungan kalium tinggi. Bisa juga memanipulasi pertumbuhan tanaman dengan pemberian hormon atau zat pengatur tumbuh secara terukur dan tidak berlebihan. Pemberian hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh juga bisa dilakukan untuk memanipulasi agar karakter pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang kita inginkan. Sebagai contoh, pemberian hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh dari derivat sitokinin dalam dosis yang tepat dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, hasil panen bisa lebih tahan lama. Setelah bibit tanaman yang kita kehendaki memiliki kriteria terhadap ketahanan serangan organisme penganggu tanaman, maka kriteria berikutnya yang harus dipenuhi saat memilih bibit tanaman adalah produktifitas tanaman. Usahakan untuk memilih bibit tanaman dari varietas atau jenis unggul yang memiliki produktifitas tinggi. Dengan produktifitas tinggi, maka peluang petani atau pembudidaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal semakin besar. Standar produktifitas untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Misalnya, tanaman cabai memiliki produktifitas tertentu yang berbeda pada tanaman jahe atau tanaman jagung.
 Oleh karena itu, petani harus memiliki standar produksi untuk tanaman yang akan dibudidayakannya. Kriteria pemilihan bibit tanaman selanjutnya adalah umur tanaman. Tanaman yang mampu berproduksi dengan umur pendek tentu saja akan menguntungkan bagi petani atau pembudidaya, karena hasil produksi yang diharapkan bisa dipanen dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, peluang perputaran modal juga bisa lebih cepat. Jika ketiga kriteria tersebut telah terpenuhi, petani baru menentukan kriteria yang terakhir dalam memilih bibit tanaman, yaitu jenis atau bentuk dan kualitas buah. Bentuk dan kualitas buah memiliki standar yang berbeda-beda untuk setiap komoditas. Hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar. Usahakan untuk tidak memilih bibit tanaman dari varietas yang hasil produksinya susah diterima oleh pasar, sehingga aspek pemasaran yang juga menjadi kunci keberhasilan agribisnis juga bisa dihindari. Demikian sajian informasi dari kami, semoga informasi pendek ini bisa membantu Anda dalam menentukan bibit tanaman yang akan dibudidayakan. Salam tani..


Istilah Dalam Pestisida


  
ISTILAH DALAM PESTISIDA


    1.   Bahan Aktif adalah bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung dalam Pestisida dan pada umumnya merupakan bahan yang berdaya racun.

    2.   Batas Maksimum Residu (BMR), merupakan batas dugaan maksimum residu. Pestisida yang ada dalam berbagai hasil pertanian yang diperoleh.

    3.   Decomposition Time 50 (DT 50), waktu yang diperlukan untuk terjadinya 50% dekomposisi berupa disipasi dan degradasi suatu bahan kimia di suatu media.

    4.   Dosis, Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang digunakan untuk mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas tertentu.

    5.   Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan.

    6.  Eksplosi, Serangan OPT yang sifatnya mendadak, populasinya berkembang sangat cepat dan menyebar luas dengan pesat.

    7.  Insektisida Non Sistemik adalah Pestisida yang setelah diaplikasikan/disemprotkan pada tanaman sasaran tidak diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun.

    8.  Insektisida Sistemik adalah salah satu jenis insektisida yang dapat diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun.

    9.  Insektisida Sistemik Lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh jaringan (umumnya daun), tetapi ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya.

    10.  Iritasi adalah gejala inflamasi yang terjadi pada kulit atau membran mukosa, segera setelah perlakuan berkepanjangan atau berulang dengan menggunakan bahan kimia atau bahan lain.

     11.  Label adalah tulisan dan dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang memberikan keterangan tentang pestisida, dan melekat pada wadah atau pembungkus Pestisida.

    12.  Lethal Concentration 50 (LT50), konsentrasi yang diturunkan secara statistik yang dapat diduga menyebabkan kematian 50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan yang telah ditentukan.

    13.  Lethal Time 50 (LT50), waktu dalam hari yang diperlukan untuk mematikan 50% hewan percobaan dalam kondisi tertentu.

    14.  Lethal Dose 50 (LD50), dosis tunggal bahan kimia atau bahan lain yang diturunkan secara statistik yang dapat diduga menyebabkan kematian 50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan

    yang telah ditentukan.

    15.  Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), Semua organisme yang dapat merusak/ mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tanaman pangan dan hortikultura, termasuk di dalamnya adalah hama,

    penyakit dan gulma.

    16.  Pencelupan (Dipping) adalah salah satu cara melindungi bahan tanaman agar terhindar dari hama atau penyakit bahan tanaman, biasanya pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit atau stek kedalam larutan Pestisida.

    17.  Pengasapan (Fogging) adalah penyemprotan Pestisida dengan volume ultra rendah dengan menggunakan ukuran droplet yang sangat halus.

     18.   Pengembusan (Dusting) adalah salah satu cara aplikasi suatu Pestisida yang diformulasi sebagai tepung hembus.

    19.   Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

    (a)   Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasi pertanian;

    (b)   Memberantas rerumputan;

    (c)   Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;

    (d)   Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak termasuk pupuk;

    (e)   Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan hewan peliharaan dan ternak;

    (f)    Memberantas atau mencegah hama-hama air;

    (g)    Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan atau

    (h)    Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

    menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu

    dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

    20.   Pestisida untuk penggunaan umum adalah Pestisida yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan dan alat-alat pengamanan khusus di luar yang tertera pada label.

    21.   Pestisida untuk penggunaan terbatas adalah Pestisida yang dalam penggunaannya memerlukan persyaratan dan alat-alat pengamanan khusus di luar yang tertera pada label.

    22.   Pestisida Dilarang, adalah suatu jenis Pestisida yang di larang untuk semua bidang penggunaan atau bidang penggunaan tertentu dengan tujuan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

    23.   Racun Kontak adalah salah satu insektisida yang dapat masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit bersinggungan langsung (kontak langsung).

    24.   Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison) adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan.

    25.    Racun Pernapasan adalah suatu jenis insektisida yang bekerja lewat saluran pernapasan.

    26.    Residu Pestisida adalah sisa-sisa Pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah.

    27.   Resistensi adalah menurunnya kepekaan hama, penyebab penyakit dan /atau gulma terhadap Pestisida tertentu (Kebal).

    28.   Resistensi Hama, suatu fenomena perubahan populasi hama yang didominasi oleh individu-individu peka menjadi suatu populasi yang didominasi oleh individu-individu resisten terhadap Pestisida tertentu. Perubahan ini menyebabkan Pestisida yang awalnya efektif untuk mengendalikan hama menjadi tidak efektif lagi.

    29.   Resurjensi adalah peningkatan populasi organisme sasaran setelah perlakuan dengan Pestisida.

    30.   Resurjensi Hama, adalah suatu fenomena meningkatnya serangan hama tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida.

    31.   Seed Dressing (SD) atau Seed Treatment (ST) adalah Pestisida berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih.

    32.   Selektivitas Herbisida adalah kemampuan insektisida memilih tumbuhan yang dikendalikannya dalam hubungannya dengan tanaman pokok.

    33.   Selektivitas Insektisida adalah kemampuan insektisida memilih OPT sasaran tanpa merugikan organisme non target termasuk musuh alami hama.

    34.   Soluble Liquid (SL) adalah Pekatan cair bila dicampur air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan.

      35.   Tepung Hendus atau Dust (D) adalah Pestisida siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan

    36.   Ultra Low Volume (ULV) adalah sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah.

    37.   Umpan atau Bait (B) Ready Mix Bait (RB atau RMB) adalah formulasi siap pakai yang umumnya digunakan untuk formulasi rodentisida sebagai umpan.

    38.   Wadah adalah tempat yang terkena langsung Pestisida untuk menyimpan selama dalam penanganan.

    39.   Water Dispersible Granule (WG atau WDG)adalah bentuk butiran, mirip G (Granule) tetapi penggunaannya sangat berbeda yaitu harus diencerkan dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

    40.   Wettable Powder (WP) adalah bentuk formulasi tepung (WP) yang dapat disuspensikan dalam air.

 

Senin, 02 September 2013

Pakan Lele Organik Sebagai Alternatif Pakan Lele Yang Murah

Budidaya Ikan Lele Organik Dengan Pakan Rumput Azolla



Melambungnya harga pakan pabrikan dengan harga jual yang tidak sebanding dengan harga pakan sangat memberatkan petani lele. Sudah sangat banyak petani lele yang gulung tikar, dan banyak juga yang beralih budidaya ke ikan lain yang lebih mudah.
Padahal prospek ikan lele semakin hari semakin diminati bahkan tidak hanya di dalam negeri akan tetapi sampai ke mancanegara. Saya pribadi sebagai pemilik Pemilik kolamsudah banyak mendengar keluhan langsung dari petani lele. Belum lagi timbulnya permasalah teknis seperti ikan lele mati mendadak, kematian tinggi, penyakit dll yang akan menurunkan hasil produksi.
Lalu apakah harus terus seperti ini?

Yang harus dirubah adalah pola pikir dari petani itu sendiri.Mengapa??? Sejak era revolusi hijau dan order baru dengan berbagai macam penemuan teknologi, petani diindonesia sudah dibiasakan dengan teknik budidaya yang instan dan cepat. Pupuk kimia untuk meningkatkan hasil, pestisida kimia untuk membasmi tuntas hama, di perikanan penggunaan pelet yang mudah dan cepat, pemberian obat kimia pada ikan yang sakit, pemberian antibiotik pada pembudidaya udang,semua itu adalah tehnik budidaya yang instan. Hasilnya bisa diliat pada saat ini...peledakan hama, berkurangnya kesuburan tanah, pelandaian hasil produksi, ditolaknya udang eskpor indonesia akibat kandungan antibiotik yang tinggi, pakan yang melambung tinggi, kematian ikan yang semakin  banyak.
Padahal sesuai dengan filosofi yang sudah saya sampaikan "ALAM TIDAK TERBURU-BURU,ALAM BUTUH WAKTU, NAMUN ALAM AKAN MEMBERIKAN SESUATU YANG KITA BUTUHKAN." (Bapak gunawan)
e
Kemudian muncullah solusi yang dianalogikan untuk kembali ke alam (GO GREEN) .Pakan pabrikan dibuat lebih sebagai pakan pendamping saja jangan dijadikan pakan utama. Bahkan bisa 100% tanpa pakan pabrikan. Dicarilah solusi pakan alternatif dan pakan alami.
Haruslah kita bijak dalam membudidaya, jangan hanya karena kita ingin keuntungan cepat, memberi sesuatu yang instan kepada ikan, selalu bernafsu ikan cepat besar sesuai keinginan kita. TAPI..apakah kita sudah memberikan lingkungan hidup yang TEPAT untuk kehidupan ikan kita? Apakah kita hanya petani ikan yang rakus tanpa menghiraukan lingkungan hidup ikan yang kita pelihara? sama halnya seperti kita, jika kita tinggal ditempat yang nyaman maka kita akan semakin produktif dan semangat. Begitu pula ikan, ketika kita sudah memberikan lingkungan hidup yang tepat sesuai di habitatnya saya akan jamin 100% tidak hanya pertumbuhan ikan yang cepat akan tetapi kita bisa menghasilkan ikan yang sehat.
Apa yang harus kita lakukan untuk budidaya lele organik? Tentu saja kita menciptakan lingkungan itu sendiri, dengan memberikan pakan-pakan alami yang sudah ada di habitat aslinya. Pakan-pakan alami seperti mikroorganisme yang hidup di air seperti plankton dan cacing kecil. Plankton Nabati seperti Diatomae, Chlorella sp, Spirulina sp, Tetraselmis sp. Plankston Hewani Branchious sp, Infusoria sp, Kutu Air, Cacing tubifex.

Pakan alami itu bisa kita kembangkan dan kita budidayakan sebagai persiapan pakan buat ikan lele. Bahkan tidak akan pernah kehabisan karena pakan alami akan terus berkembang biak. Namun pakan alami tidak bisa membuat ikan kenyang. Di sisi lain kita perlu membuat pakan buatan sendiri dengan bahan-bahan alami pula dan ditambah dengan azolla sebagai campuran. Dengan pemberian pakan 3 kali sehari. Sudah saya postingkan dibawah tentang kemampuan azolla sebagai pakan protein yang baik untuk ikan lele.
Artikel ini kami harap sebagai renungan kita bersama, kita sadar sebagai mahluk yang berakal dan berfikir hendaklah kita bijaksana dalam mengolah potensi alam. Jadikan apa yang kita usahakan sebagai ibadah dan mencari penghidupan.

Dengan Rumput Azolla, Petani Lele Sumatera Menghemat 40 Persen Biaya Pakan


Untuk menekan biaya produksi ikan lele, seorang pembudidaya lele di Kota Sumatera menggunakan tumbuhan yang hidup mengapung di air jenis azolla (azolla microphylla) sebagai pakan utama ikan lele budidayanya.
Untuk membuat pakan lele itu, Budi mendatangkan azola dari Magelang, Jawa Tengah. Di Magelang rata-rata peternak ikan lele telah menggunakan rumput sebagai pengganti pakan ikan buatan pabrik.
Ia mengatakan, di Sumatera hingga kini belum ada peternak yang menggunakan pakan lele dari azola, padahal, pengembangkan azola sebagai bahan pakan lele sangat mudah dan dan tidak membutuhkan kolam yang luas.
Sekarang ini pakan alternatif ikan lele tersebut sudah berkembang dalam jumlah besar dan ini menjadi makanan utama ikan lele.
“Kami tidak menggunakan pakan pabrikan (pelet). Hanya rumput ini tetapi ikan lele cepat besar dan beratnya sama dengan menggunakan pelet,” katanya.
Harga ikan lele di pasaran saat ini berkisar Rp20.000,00 per kilogram.
Budi mengaku, banyak keuntungan menggunakan pakan alternatif antara lain menekan biaya produksi sampai 40 persen dan lele yang dihasilkan tidak mengandung kolestrol.
Ia berharap suatu saat semakin banyak orang yang mengetahuinya dan mengembangkan pakan alternatif ikan lele tersebut sehingga mereka paling tidak bisa mengurangi biaya pakan.
Akibat banyak orang yang belum mengetahui manfaat makan ikan lele sehingga mereka lebih memilih mengkonsumsi ikan air tawar seperti ikan mas, mujair dan gabus.
Jika anda ingin menekan biaya produksi ikan lele, pakan alternatif ini layak dicoba dan hasilnya pun telah luar biasa dibuktikan oleh Budi di Sumatera, biaya produksi dapat ditekan sampai 40 persen dengan menggunakan rumput azola sebagai pakan utama.

Azolla Pupuk Hidup Juga Pakan Alternatif Lele

Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik.
Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra.
Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azolla sangat efisien dan efektif sebagai pakan ikan, ternak, dan unggas.  Azolla juga dapat dijadikan pakan untuk biri-biri, kambing, babi, dan kelinci. Di Cina, budidaya Azolla bersama dengan padi dan ikan meningkatkan produksi beras sebanyak 20% dan ikan sebanyak 30%.
Salah satu sumber N alternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla.  N2 yang ‘ditambang’ oleh Anabaena dan  terakumulasi dalam sel daun Azolla ini yang digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Laju pertumbuhan Azolla dalam sehari  0,355 – 0,390 gram (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang). Jika tidak punya ternak, tidak salah juga menumbuhkan azolla di kolam atau di pot tanaman kita yang kita beri air. Azolla seperti super sponge, dapat mengambil dan menyimpan air. Bagaimana cara memperbanyak Azolla ?
Dari hasil browsing, kira-kira seperti ini: Buatlah stok Azolla dengan bak plastik atau di kolam yang tidak ada ikannya..
Lalu bagaimana cara menggunakan Azolla ?
Setelah bibit Azolla tumbuh dengan baik, tebar Azolla bersamaan atau satu minggu sebelum padi di bibitkan. Setelah lahan penuh dengan Azolla, lahan dibajak agar Azolla terbenam. Selanjutnya dilakukan penaman padi dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh.  Azolla yang tumbuh di permukaan ini dapat mengambil N yang hanyut dan menguap, selain dapat pula menahan pertumbuhan gulma yang menjadi pesaing padi. Sebaiknya di adaptasikan dulu di kolam kecil untuk diadaptasikan dengan lingkungan yang baru. Lalu baru ditransplantasikan ke kolam induk.
Untuk menyediakan nitrogen, azolla ditumbuhkan dalam sistem ini. Azolla memberikan nitrogen bagi padi dan protein bagi bebek yang bertugas menekan pertumbuhan gulma..
Pemesanan bibit Azolla Microphylla  hubungi 08562571577