Tampilkan postingan dengan label Pengendali Hama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengendali Hama. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Juli 2014

CEGAH PENYAKIT PADA ALBASIA


Untuk pemupukan biasanya di lakukan pada usia 30 hari setelah penanaman. Hal ini penting mengingat akar tanaman sudah mulai tumbuh dan mulai menyerap unsur hara atau pupuk yang ada. Adapun untuk pupuknya bisa menggunakan pupuk jenis organik maupun anorganik dengan dosis yang cukup. Untuk interval pemupukan sendiri di lakukan 1 tahun 2 kali, yaitu sekitar 6 bulan sekali.

Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman sengon bisa digunakan pupuk organik SUPERNASA. Pupuk SUPERNASA merupakan pupuk organik berbentuk padat (seperti pasir yang akan larut apabila tercampur air) produksi dari PT Natural Nusantara. Pupuk SUPERNASA merupakan formula alami yang khusus menyediakan semua unsur hara essensial bagi tanaman. Selain itu fungsi dari pupuk SUPERNASA adalah membantu meningkatkan dan memperbaiki kualitas tanah secara fisik dan khemis. Secara biologis pupuk SUPERNASA sangat membantu perkembangan mikroorganisme di dalam tanah yang bermanfaat bagi tanaman. Di samping itu pupuk SUPERNASA juga dapat mengurangi jumlah penggunaan pupuk NPK sekitar 25% - 40%.

Secara lebih spesifik pupuk SUPERNASA sangat berperan dalam meningkatkan kualitas produksi tanaman, membantu melarutkan sisa pupuk kimia dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman, serta memacu pertumbuhan tanaman. (Klik di sini untuk melihat spesifikasi produk SUPERNASA).

Penyiangan
Ada pun untuk penyiangan pun sangat penting dilakukan, mengìngat biasanya tanaman albasia yang masih kecil biasanya tidak kuat apabila dirambati terlalu banyak rumput merambat atau rumput galunggung. Jadi hal ini pun penting dilakukan secara berkala sebulan sekali, mengingat rumput tersebut daya rambatnya yang cepat.

Penggemburan Tanah
Penggemburan tanah atau pendangiran di sekitar tanaman tersebut juga sangat diperlukan sampai tanaman albasia tersebut berumur 1 tahun. Hal ini bertujuan agar akar tanaman dapat leluasa dan lebih mudah menjangkau unsur hara di dalam tanah. Biasanya penggemburan tanah dilakukan dengan cara dicangkul di sekitar tanaman dengan jarak 0.5 meter. Dan akan sangat baik apabila tanah yang telah digemburkan tersebut selanjutnya ditimbun pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan GLIO.

GLIO sendiri merupakan pengendali hama dan penyakit alami yang diformulasikan secara khusus untuk membantu mengendalikan dan mencegah serangan jamur pada akar tanaman sengon yang sering membuat tanaman albasia muda mati. (Klik di sini untuk melihat spesifikasi produk GLIO)

Penyemprotan
Penyemprotan juga penting pada tanaman usia di bawah 1 tahun. Hal ini agar tanaman terhindar serangan hama cendawan yang biasanya menyerang pada ujung atau pucuk tanaman sengon. Sehingga penyemprotan pestisida baik organik maupun kimia juga penting dilakukan secara berkala sebagai aktivitas pengontrolan secara rutin.

Penyemprotan pestisida ini bisa dibarengi dengan penyemprotan pupuk daun, terutama pada tanaman muda di bawah usia 1 tahun. POC NASA merupakan pupuk daun yang sangat direkomendasikan dalam hal ini. POC NASA dirancang secara khusus terutama untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lengkap pada tanaman sengon muda. Di mana POC NASA ini mampu memberikan semua jenis asupan unsur makro dan unsur mikro lengkap melalui stomata daun. (Untuk melihat spesifikasi produk POC NASA bisa klik disini)

Disarankan apabila hendak melakukan penyemprotan pupuk daun sebaiknya dilakukan pada pagi hari di bawah jam 10.00. Sebab pada waktu tersebut adalah situasi di mana kondisi stomata (mulut daun) terbuka untuk melakukan fotosintesis atau pemasakan nutrisi. Sehingga apabila penyemprotan tersebut dilakukan pada pagi hari, maka nutrisi yang disemprotkan pada tanaman akan langsung dimasak oleh daun dan dimanfaatkan untuk pertumbuhannya.

Demikian beberapa cara perawatan tanaman albasia berdasarkan hasil pengalaman dari banyak petani dan pengusaha budidaya tanaman sengon atau albasia yang sukses. Semoga bermanfaat.

Minggu, 02 Maret 2014

PENANGULANGAN JAMUR AKAR PUTIH


Mampu Mengatasi Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet
Berdasarkan penuturan Bapak Suwarno salah seorang stockis NASA dari Kabupaten Muara
Bungo Provinsi Jambi yang juga pensiunan pns Dinas Pertanian Provinsi Jambi, GLIO NASA
mampu mengatasi penyakit jamur akar putih yang merupakan momok bagi petani karet.

Penyakit jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) pada tanaman karet adalah salah satu
penyakit yang paling berbahaya dan sangat meresahkan para petani karet di kabupaten Bungo
propinsi Jambi.

Penyakit jamur akar putih (JAP) sangat sulit diatasi oleh para petani karet. Berbagai
macam cara yang dilakukan oleh petani atau pemilik kebun karet hasilnya belum memuaskan.
Para petani biasanya menggunakan belerang dengan cara memasukkan belerang ke dalam lubang
tanam untuk mencegah JAP pada saat hendak menanam karet. Tetapi setelah tanaman karetnya
hidup dan tumbuh subur masih juga terserang oleh JAP dan membuat tanaman karetnya banyak
yang mati.
Disamping menggunakan belerang, para petani juga menggunakan fungisida kimia
seperti Calixin 750, Calixil CP3, Formac 2 yang harganya mahal. Tetapi, dengan cara tersebut
juga belum mampu menuntaskan/ mengatasi penyakit JAP. Ada juga petani yang membongkar
tanaman karet yang terkena penyakit JAP dengan cara digali diambil akarnya lalu dibakar.
Setelah itu bekas lubangnya disiram dengan belerang. Namun JAP masih ada dan selalu
menimbulkan kerusakan/ kematian pada tanaman karet. Tanaman karet selalu ada yang mati
dan menular ke tanaman di sekitarnya, dan datanglah hama tanaman baru yang disebut hama
sekunder yang bernama rayap (bahasa petani karet anai-anai). Petani karet beranggapan bahwa
tanaman karet yang mati itu diserang oleh rayap. Jadi para petani karet pada umumnya bertanya
kepada petugas penyuluh, apa obatnya mengatasi rayap.

Di lapangan petugas panyuluh lapangan menjelaskan kepada petani karet bahwa tanaman
tersebut terserang JAP, sedangkan rayap itu datang dan menyerang tanaman karet setelah
tanaman karet tersebut sudah mati atau hampir mati. Jadi rayap sebagai hama sekunder, dan
penyebab tanaman karet mati adalah JAP.

Berdasarkan pengalaman Bapak Suwarno yang sebelum pensiun merupakan koordinator
pengamat hama dan penyakit tanaman kabupaten Bungo provinsi Jambi, di beberapa lokasi/
kebun karet yang terserang JAP, penyakit bisa diatasi/dihambat perkembangannya dengan
menggunakan agen hayati GLIO.


Cara penggunaan GLIO dalam hal ini memang tidak mengikuti petunjuk pada label,
tetapi berdasarkan hasil percobaan di lapangan. Dan dari percobaan ini hasilnya cukup efektif,
GLIO mampu mengatasi/ mengendalikan JAP.

Berdasarkan pengalaman di lapangan, penggunaan GLIO untuk mengatasi JAP pada
tanaman karet sebagai berikut:
gunakan 1 kotak GLIO (100 gram) ditambah 3 sendok makan gula pasir
dan 10 liter air (jangan menggunakan air PAM dan jangan air panas).
GLIO dan gula dimasukkan ke dalam ember yang berisi air 10 liter tersebut, diaduk-aduk dengan tangan sampai larut/ tercampur rata.
Setelah itu siramkan ke pangkal batang karet yang terkena JAP (baik yang
sudah mati atau yang masih hidup).Tiap batang karet disirami 1 liter cairan GLIO melingkari
pangkal batang pada tanaman karet yang sudah disadap. Untuk tanaman yang masih kecil umur
1-5 tahun, dapat disiram 0,25 liter s/d 0,75 liter untuk 1 batang. Aplikasinya harus dilakukan
pada sore hari sekitar jam 16.00 s/d jam 18.00 agar cairan GLIO tidak terkena sinar matahari.
Setelah 2 bulan diberi GLIO tanaman karet yang terserang ringan dan sedang dapat bertunas lagi/
tidak jadi mati.


Pada tanaman yang terserang berat, tidak bisa diatasi dengan GLIO, tetapi harus tetap
diberi GLIO agar sumber penyakitnya bisa diatasi sehingga tidak pindah/ menular ke tanaman
karet di sekitarnya. Efektivitas penggunaan GLIO untuk mengatasi jamur akar putih pada
karet sudah banyak dibuktikan oleh petani/pemilik kebun karet di kabupaten Bungo antara
lain: Saftiar, S.Pd, Sujak, A.Md, Sudiono, Usuludin Silitonga, Ir. Indra Gunawan, Drs. Bastari
Ahman, dan Ahak.
Menurut pengalaman lapangan Bapak Suwarno berikut ini adalah tips penggunaan agen
hayati GLIO supaya hasilnya efektif:

Jangan dicampur dengan pestisida dan pupuk kimia.
Jangan menggunakan air yang mengandung kaporit (air PAM).
Jangan menggunakan air panas.
Saat aplikasi harus sore hari sekitar jam 16.00 s/d 18.00 WIB.
Pada daerah kronis/endemis JAP, penggunaannya diulang setelah 2 bulan.
Sebelum dan sesudah aplikasi Glio jangan menggunakan pestisida.
Jangan menggunakan Glio yang sudah kadaluwarsa.
Sebelum digunakan, Glio disimpan di tempat yang teduh.

Semoga bermanfaat,,,salam nasa

Rabu, 04 September 2013

Agens Hayati Corrin



Deskripsi Produk
CORRIN adalah Pestisida Biologi atau Agens Hayati dari PT Natural Nusantara (NASA) berbasis bakteri Antagonis (Corynebacterium) yang sangat efektif untuk mengendalikan penyakit-penyakit utama pada tanaman padi dan sayuran.

Fungsi Utama Agens Hayati CORRIN

Mengendalikan penyakit Hawar Daun (HDB) atau penyakit Kresek pada padi yang disebabkan bakteri patogen Xamthomonas oryzae
Mengendalikan penyakit Hawar Daun Jingga yang disebabkan oleh Bacterial Red Stripe (BRS)
Mengendalikan penyakit Blast (Pyricularia Oryzae)
Mengendalikan penyakit Bercak Daun (Cercospora)
CORRIN dapat juga digunakan untuk mengendalikan penyakit-penyakit layu pada sayuran (Fusarium), Akar Gada pada kobis (Plasmodiophora brassicae) dan Layu pada pisang (Fusarium).

Cara Penggunaan CORRIN Pestisida Biologi

JENIS DOSIS SERBUK DOSIS CAIR CARA WAKTU
Benih 2-4 gr/lt 5 cc/lt Rendam Sebelum semai
Padi 2-4 gr/lt 5 cc/lt Semprot 14, 28 & 42 HST
Sayuran 3-5 gr/lt 5-10 cc/lt Semprot 10-20 hari sekali
Keterangan:

Perendaman benih selama + 15 menit
Penyemprotan paling baik dilakukan sore hari
Dilarang untuk mencampur CORRIN dengan pestisida kimia
Sprayer dibersihkan dari sisa-sisa pestisida kimia sebelum digunakan
Agens Hayati / Pestisida Biologi CORRIN tersedia dalam 2 kemasan, yaitu:

Kemasan Serbuk
Isi/Berat: 100 gr
Harga: Rp. 40.000
Kemasan Cair 500cc

HamaTanaman Jagung

MACAM-MACAM HAMA TANAMAN JAGUNG


a) Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Gejala:
daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.

Pengendalian:
(1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung;

(2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar;

(3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma;

(4) pengendalian gunakan  PESTONA
MEKANISME KERJA : 
PESTONA tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu berperan sebagai zat pemandul, mengganggu proses perkawinan serangga hama, menghambat peletakkan telur dan dapat bekerja secara kontak dan sistemik. PESTONA memiliki daya kerja dalam mengurangi nafsu makan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau mencegah OPT merusak tanaman lebih banyak, walaupun jarang menyebabkan kematian segera pada serangga/hama.

SASARAN :
wereng, walang sangit, penggerek batang, belalang, kepik, thrips, tungau, ulat, uret dll.

ATURAN PAKAI :
Larutkan 5 cc - 10 cc / 1 liter air (7-10 tutup/tangki). Aduk sampai merata. Semprotkan/gemborkan pada tanaman yang terkena serangan hama secara merata. Untuk hasil yang maksimal sebaiknya tanaman disemprot/digembor sesering mungkin, minimal 3 (tiga) kali penyemprotan/penggemborkan per musim. Sebaiknya waktu penyemprotan/penggemborkan pada sore hari.
Atau bisa secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai dan ini di lakukan bila hama sudah di ambang batas..

b) Ulat pemotong

Gejala:
tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera).

Pengendalian:

(1) bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida..gunakan GLIO karna GLIO;

Mampu menghancurkan inokulum sumber infeksi penyakit tanama
 Mencegah sumber infeksi penyakit menyebar kembali dengan kolonisasi tanah oleh GLIO
 Mampu melindungi perkecambahan biji dan akar-akar tanaman dari sumber infeksi penyakit.
Aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan.
Selaras dengan keseimbangan alam, mudah dan murah.

Rabu, 08 Agustus 2012

Metilat Lem

Metilat lem Natural dari PT.Natural Nusantara berfungsi untuk menagkap lalat buah dan hewan pengganggu lainnya dengan cara memberikan aroma untuk daya tarik latlat buah agar menghinggapi Metilat lem ini. Ketika lalat buah sudah menghinggapi Metilat ini si Lalat buah akan terjebak. Sehingga pengendali lalat buah bisa tercapai dengan baik.

Cara Pakai:
Sediakan botol bekas dan kayu sekitar 1,5-2,5 meter, kemudian Botol tersebut di olesi Metilat lem ini. Pasang botol tersebut pada kayu yang telah disediakan tadi. tancapkan di sekitar kebun atau tanaman anda..
5 menit kemudian lalat buah pasti akan terperangkap

Beuveria Bassiana

Beuveria Bassiana atau biasa disebut Natural BVR merupakan produk pengendali hama & penyakit tanaman dari PT. Natural Nusantara. Natural BVR efektif dan efisien terhadap hama sasaran, tidak mematikan musuh alami, selaras keseimbangan alam, mudah dan relatif murah, aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan, mendukung program pertanian berkelanjutan.

Banyak para petani mengeluhkan tentang  hama  dan penyakit yang menyerang tanaman mereka,sehingga  petani cenderung memakai pestisida kimia yang efek nya membuat rasa kebal hama tsb.Oleh sebab itu PT NASA menghadirkan produk Pupuk Organik Nasa berupa  pestisida alami  yaitu 

Natural BVR yang merupakan produk pengendali hama & penyakit tanaman yang berbahan aktif Beauveria bassiana yang merupakan suatu cendawan yang sangat berperan aktif,efektif dan efisien terhadap hama sasaran, tidak mematikan musuh alami, selaras keseimbangan alam, mudah dan relatif murah, aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan, mendukung program pertanian berkelanjutan.Organik nasa ( Natural BVR) masuk melalui mulut serangga hama, kemudian tumbuh dan berkembang menghancurkan sistem organ dari dalam. 
BVR menempel pada kulit hama dan mengeluarkan enzim (Kitinase, Protease, Lipase) untuk menghancurkan kulit. BVR mengeluarkan racun (Beauvericin, Beauveroilides, Asam oksalat) untuk membunuh hama. 
Miselium tumbuh secara progresif dan muncul badan buah berwarna putih pada hama yang mati, jika hama terinfeksi tersinggung hama sehat, maka hama akan tertulari, penularan dapat melalui angin. Kematian hama berkisar + 4-8 hari setelah terinfeksi Natural BVR.

MENGAPA MENGGUNAKAN BVR
1. Efektif dan efisien terhadap hama sasaran
2. Tidak mematikan musuh alami
3. Selaras keseimbangan alam, mudah dan relatif murah
4. Aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan
5. Mendukung program pertanian berkelanjutan
Efektif untuk tanaman:
Padi,Cabai, Tomat, Kacang panjang, Buncis, Semangka, Kentang, Bawang Merah & Daun, Kubis, Apel, Mangga, Coklat.

HAMA yang bisa dikendalikan antara lain:
  1. Wereng (Nilaparvata sp.; Nephotettix sp.; Sogatella sp.),
  2. Penggerek batang padi ( Thryporhiza sp.;Chilo supressalis), 
  3. Walang sangit (Leptocorixa accuta) (sasaran utama)
  4. Thrips sp.;
  5. Aphis sp.; 
  6. Tungau, 
  7. Myzus sp.
  8. Kutu daun Thrips sp.
  9. Kutu dompolan.
  10. Penggerek Buah Coklat (PBK)

MEKANISME KERJA BVR
Natural BVR masuk melalui mulut serangga hama, kemudian tumbuh dan berkembang menghancurkan sistem organ dari dalam.Natural BVR menempel pada kulit hama dan mengeluarkan enzim (Kitinase, Protease, Lipase) untuk menghancurkan kulit.
Natural BVR mengeluarkan racun (Beauvericin, Beauveroilides, Asam oksalat) untuk membunuh hama. 
Miselium tumbuh secara progresif dan muncul badan buah berwarna putih pada hama yang mati, jika hama terinfeksi tersinggung hama sehat, maka hama akan tertulari, penularan dapat melalui angin. Kematian hama berkisar + 4-8 hari setelah terinfeksi Natural BVR.

Contoh hama yang terkena Beuveria Bassiana

Natural Glio (Gliocladium)

Pupuk Organik Nasa yang berupa Natural GLIO adalah pengendali penyakit alami yang berbahan aktif Gliocladium sp dan Trichoderma sp
Natural GLIO mampu menghancurkan inokulum sumber infeksi penyakit tanaman, mencegah sumber infeksi penyakit menyebar kembali dengan kolonisasi tanah oleh Gliocladium, mampu melindungi perkecambahan biji dan akar-akar tanaman dari sumber infeksi penyakit, aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan, selaras dengan keseimbangan alam, mudah dan murah. 

MENGAPA MENGGUNAKAN NATURAL GLIO :

  1. Mampu menghancurkan inokulum sumber infeksi penyakit tanaman. 
  2. Mencegah sumber infeksi penyakit menyebar kembali dengan kolonisasi tanah oleh GLIO. 
  3. Mampu melindungi perkecambahan biji dan akar-akar tanaman dari sumber infeksi penyakit. 
  4. Aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan. 
  5. Selaras dengan keseimbangan alam, mudah dan murah.
MEKANISME KERJA GLIO
Pupuk organik Nasa yang berupa Natural GLIO bersifat Hiperparasit terhadap pathogen penyakit tanaman, sehingga terjadi persaingan tempat hidup dan nutrisi. Natural GLIO mengeluarkan zat antibiotik yaitu Gliovirin dan Viridin yang akan mematikan pathogen penyebab penyakit tanaman dan Natural GLIO ini akan berkembang terus mengkolonisasi melindungi tanaman dari gangguan pathogen.

SASARAN
Cabai, Tomat, Kubis, Terong, Bawang merah, Bawang daun, Semangka, Melon,Kelapa sawit,Kakao,Karet dll.

PATHOGEN / Sumber Infeksi Penyakit
Fungsi/sasaran utama :
  • Rebah semai (Phytium sp. Rizoctonia sp.) 
  • Penyakit Layu (Fusarium sp. Pseudomonas sp.)

Fungsi/sasaran lainnya :
  • Penyakit Antraknosa (Colletrotichum sp. Gloeosporium sp.) 
  • Akar Gada/Bengkak (Plasmodiphora sp.)
Catatan :
    GLIO terutama bersifat prefentif (pencegahan)
    GLIO terutama mengendalikan penyakit yang berada di tanah

PETUNJUK PENGGUNAAN
1. Penggunaan langsung, pada tanaman holtikultura dan pangan diberi 1 – 2 gr tiap tanaman pada lubang yang akan ditanami.
2. Penggunaan bersama pupuk kandang (lebih dianjurkan), 1 bungkus GLIO dicampur pupuk kandang/kompos 25-50 kg , diamkan + 1 minggu dalam kondisi lembab, baru kemudian digunakan sebagai pupuk dasar.
3. Tanaman terinfeksi penyakit, jika terjadi gejala serangan pathogen, maka
1 bungkus GLIO dicampur pupuk kandang matang atau kompos 2-3 kg lalu diamkan + 1 minggu baru digunakan, dosis 2-3 sendok makan pada tanaman terserang.
Catatan : waktu pemberian GLIO sore hari

Peringatan :
  • jangan dicampur dengan pestisida kimia 
  • Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari sinar matahari secara langsung.
Pengaruh Jamur Antagonis (Gliocladium sp) Dalam Mengendalikan Jamur Patogen Tular Benih Pada Tanaman Padi (Oryza sativa) 
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah jamur antagonis (Gliocladium sp.) dapat mengendalikan jamur patogen tular benih pada tanaman padi (Oryza sativa). 
Perlakuan yang diqunakan dalam penelitian ini adalah : Varietas Cisokan dan PB 42 diperlakukan dengan jamur Gliocladium sp. dan tanpa perlakuan. 

Parameter pengamatan yang dilakukan adalah: 
A). Di laboratorium yaitu; 
  1. Jenis-jenis jamur patogen tular benih. 
  2. Persentase daya kecambah, 
  3. Persentase benih terserang. 
B). Di Rumah Kaca yaitu: Persentase bibit terserang jamur. 

Hasil penelitian ditemukan 7 spesies jamur patogen tular benih yaitu: 
  1. Drechslera oryzae,
  2. Pyricularia oryzae, 
  3. Alternaria padwickii, 
  4. Fusarium moniliformae, 
  5. Fusarium raminiarum, 
  6. Cercospora oryzae, dan 
  7. Curvularia eragrostidis. 
Perlakuan Gliocladium sp. dapat menurunkan persentase benih terserang jamur patogen tular benih pada kedua varietas. Penurunan persentase serangan jamur pada varietas PB 42 adalah: 1.25 - 15.50 %. dan pada Varietas Cisokan adalah 2.25 - 7.75 %. Jamur Gliocladium sp. juga dapat meningkatkan persentase daya kecambah normal untuk kedua varietas yaitu 23 % untuk varietas PB 42 dan 29,65 % untuk varietas Cisokan.

Untuk melihat hasil selengkapnya tentang penelitian GLIOCLADIUM Sp, silahkan download di SINI.


Natural PENTANA


Natural PENTANA
merupakan salah satu alternatif pengendalian hama yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Dibuat dari saripati beberapa tumbuhan khusus dengan proses alami.

Keunggulan dari PENTANA, merupakan pengendali hama organik, mengendalikan hama sasaran secara cepat, mudah diaplikasikan di lapangan, tidak membunuh musuh alami, tidak mencemari lingkungan, mudah terurai (biodegradable).

KEUNGGULAN
  1. Merupakan pengendali hama organik
  2. Mengendalikan hama sasaran secara cepat
  3. Mudah diaplikasikan di lapangan
  4. Tidak membunuh musuh alami
  5. Tidak mencemari lingkungan
  6. Mudah terurai (biodegradable)
CARA PAKAI :
Campurkan 15 – 45 cc Pentana + 5 -10 cc Aero + sedikit air dalam wadah,aduk rata lalu tuangkan ke tangki semprot dan tambah air hingga penuh.

Pestona

PESTONA merupakan Pestisida Organik produksi PT. Natural Nusantara. Fungsi Pestona adalah sebagai pengendali hama tanaman alami pada tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman tahunan. 
Produk pengendali hama dari Natural Nusantara ini diproses dari hasil ekstraksi berbagai bahan alami yang mengandung bahan aktif yang merupakan pengendali hama dan penyakit alami. 

Zat aktif tersebut antara lain : 
  1. Azadirachtin, 
  2. Ricin (asam ricin),
  3. Polifenol, 
  4. Alkaloid, 
  5. Sitral, 
  6. Eugenol, 
  7. Annonain,
  8.  Nikotin 
Cara Kerja PESTONA
PESTONA tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin.
Selain itu berperan sebagai zat pemandul, mengganggu proses perkawinan serangga hama, menghambat peletakkan telur dan dapat bekerja secara kontak dan sistemik. PESTONA memiliki daya kerja dalam mengurangi nafsu makan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau mencegah OPT merusak tanaman lebih banyak, walaupun jarang menyebabkan kematian segera pada serangga/hama.

Beberapa fungsi zat yang terkandung pada PESTONA sebagai berikut:
Azadirachtin
Mampu mengendalikan beberapa jenis hama dan berperan sebagai fungisida, bakterisida, antivirus, dan moluskisida.
Formula ini tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh terhadap hama pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi,proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat perkawinan, komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur dan menghambat pembentukan kitin. Formula ini juga berperan sebagai zat pemandul, mengganggu proses perkawinan serangga hama, menghambat peletakan telur dan dapat bekerja secara sistematik.

Ricin [asam ricin]
Berfungsi untuk mengendalikan berbagai macam hama serangga, cendawan dan nematoda parasit tanaman.

Alkaloid
Bersifat toksin terhadap beberapa jenis serangga, pada umumnya untuk menanggulangi serangga hama gudang.

Polifenol
Bersifat untuk menghambat serangga hama dan pertumbuhan larva serangga menjadi pupa.

Sitral
Mampu mengendalikan serangga, khususnya hama gudang dan menghambat peletakan telur. Kandungannya bersifat sebagai penyebab desikasi pada tubuh serangga, yaitu apabila serangga terluka maka serangga akan terus-menerus kehilangan cairan tubuhnya.

Annonain
Berfungsi sebagai penolak serangga dan penghambat makan dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Kandungan ini dapat menanggulangi hama belalang dan ulat.

Eugenol
Berfungsi untuk mengendalikan lalat buah,kandungannya juga berperan sebagai fungisida yang disebabkan jamur.

Nikotin
Bersifat sebagai penolak serangga, fungisida,akarisida, yang bekerja secara racun kontak, perut dan pernafasan serta bersifat sistematik. Kandungan ini bisa mengendalikan beberapa macam penyakit tanaman dan nematoda.

HAMASASARAN
Wereng, Walang sangit, Penggerek batang, Belalang,Kepik, Thrips, Tungau, Ulat, dll.

SIFAT dari PESTONA
Mudah terurai (tidak beresidu) sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan.

DOSIS
  • Larutkan 5 cc - 10 cc / 1 liter air (7-10 tutup/tangki). 
  • Aduk sampai merata.Semprotkan/gemborkan pada tanaman yang terkena serangan hama secara merata.
  • Untuk hasil yang maksimal sebaiknya tanaman disemprot/digembor sesering mungkin, minimal 3 (tiga) kali penyemprotan atau penggemborkan per musim.
  • Sebaiknya waktu penyemprotan/penggemborkan pada sore hari.